Jumat, 09 November 2012

ESSAY ILMU SOSIAL DASAR (ISD) III & IV

Sebelumnya, mohon maaf karena baru ingat untuk upload tugas ini. terimakasih untuk para sumber referensi, dan terimakasih atas perhatiannya. 

untuk tugas ISD Bab III maaf untuk bu dosen, datanya d fd hilang, tapi sudah saya kumpulkan waktu pengumpulan hard copy.

ESSAY ILMU SOSIAL DASAR (ISD) IV 


NAMA                                    :           TOPAZ WARIM PUTRA
KELAS                                   :           1TB04 (2012)
MATA KULIAH                    :           ILMU SOSIAL DASAR
TUGAS                                   :           BAB 4

“Memahami Dam Menghayati Masalah –Masalah Kepemudaan , Identitasnya Sebagai Pemuda Yang Sedang Belajar Di Perguruan Tinggi”

Internalisasi Belajar Dan Spesialisasi
- Pengertian Pemuda
Secara hukum pemuda adalah manusia yang berusia 15 – 30 tahun, secara biologis yaitu manusia yang sudah mulai menunjukkan tanda-tanda kedewasaan seperti adanya perubahan fisik, dan secara agama adalah manusia yang sudah memasuki fase aqil baligh yang ditandai dengan mimpi basah bagi pria biasanya pada usia 11 – 15 tahun dan keluarnya darah haid bagi wanita biasanya saat usia 9 – 13 tahun.
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya terbebani berbagai macam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan.
Di dalam masyarakat, pemuda merupakan satu identitas yang potensial. Kedudukannya yang strategis sebagai penerus cita – cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya.

- Pengertian Sosialisasi
1 usaha untuk mengubah milik perseorangan menjadi milik umum (milik negara): tradisi tidak memperlancar proses -- perusahaan milik keluarga; 2 proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dl lingkungannya: tingkat-tingkat permulaan dr proses -- manusia itu terjadi dl lingkungan keluarga; 3 upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga men-jadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat; pemasyarakatan;
ber·so·si·a·li·sa·si v melakukan sosialisasi: acara rekreasi itu merupakan salah satu kesempatan bagi anak-anak berkelainan untuk - dng masyarakat;
men·so·si·a·li·sa·si·kan v 1 menjadikan milik umum (milik negara); menjadikan, memperlakukan secara sosialisme; 2 membelajarkan seseorang menjadi anggota masyarakat.(Dalam KBBI)

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan ataunilaidan aturan darisatu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok ataumasyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai  peranan( role theory). Karena dalam prosessosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.Berikut ini adalah definisi sosialisasi dari beberapa sosiolog.

Peter L. Berger:
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam sosialisasi adalah peran-peran,sehingga teori sosialisasi adalah teori mengenai peran (role theory).

Robert M.Z. Lawang:
Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan persyaratan lainnya yangdiperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat berpartisipasi secara efektif dalamkehidupan sosial.

Horton dan Hunt:
Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai dan norma-normakelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah kepribadiannya.Dalam proses sosialisasi terjadi paling tidak tiga proses, yaitu:(1). Belajar nilai dan norma(sosialisasi).(2). Menjadikan nilai dan norma yang dipelajari tersebut sebagai milik diri (internalisasi).(3). Membiasakan tindakan dan perilaku sesuai dengan nilai dan normayang telah menjadimiliknya (enkulturasi)


- Internalisasi Belajar Dan Sosialisasi
Internalisasi adalah perubahan dalam masyarakat. Sedangkan sosialisasi adalah suatu proses yang mempelajari tentang norma-norma masyarakat yang akan membentuk keperibadiannnya di lingkungan masyarakat. Jadi jika tidak adanya Internalisasi dan Sosialisasi di dalam lingkungan masyarakat, maka tidak akan ada perubahan dilingkungan itu.



- Proses Sosialisasi
Menurut George Herbert Mead
menjelaskan bahwa diri manusia berkembang secara bertahapmelalui interaksinya dengan anggota masyarfakat yang lain, mulai dari play stage, gamestage, dan generalized other.

Tahap 1: Preparatory
• Dalam tahap ini individu meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitarnya, tetapi belum mampu memberi makna apapun pada tindakan yang ditiru.• Merupakan peniruan murni.

Tahap 2: Play StagePlay Stage
, atau tahap permainan, anak mulai memberi makna terhadap perilaku yang ditiru.Mulai mengenal bahasa. Mulai mendefinisikan siapa dirinya (identifikasi diri) sebagaimanadefinisi yang diberikan oleh
merupakan orang yang secara nyata penting bagi seseorang dalam prosessosialisasi. Bagi anak-anak dalam tahap
 play stage
, orangtua merupakan
 significant other 
.Bahkan, anak-anak tidak dapat memilih siapa
 significant other 
-nya!Ketika ada yang menyapa: “Hi, Agus”, maka anak mengerti: “Oh – aku Agus”. “Hi, Pintar”.“Oh, aku pintar”.“Bodoh banget kamu”.“Oh, aku bodoh banget”, dan setertusnya. Definisidiri pada tahap ini sebagaimana yang diberikan oleh

Tahap 3 Game Stage
• Tahap ini berbeda dari tahap permainan, karena tindakan meniru digantikan dengantindakan yang disadari.• Tidak hanya mengetahui peran yang dijalankannya, tetapi juga peran orang lain dengansiapa ia berinteraksi.• Bisakah Anda membedakan antara “bermain bola” dengan “pertandingan sepakbola”?Bermain bola dapat dilakukan oleh anak-anak pada yang telah mengalami sosialisasitahap
 play stage
, tetapi bertanding sepakbola baru dapat dilakukan oleh anak-anak yangtelah mengalami sosialisasi pada tahap
 game stage
. Mengapa demikian? Karena dalam pertandingan sepakbola ada prosedur dan tatacara yang harus ditaati. Anak-anak akan memahamitentang prosedur dan tatacara apabila telah mengalami sosialisasi pada tahap
 game stage

Menurut Charles H. CooleyCharles H. Cooley

Lebih menekankan peranan interaksi dalam teorinya. Menurut dia, Konsep Diri (
 self concept 
) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Sesuatu yang kemudiandisebut
looking-glass self 
terbentuk melalui tiga tahapan sebagai berikut.
1. Kita membayangkan bagaimana kita di mata orang lain.
Seorang anak merasa dirinya sebagai anak yang paling hebat dan yang paling pintar karena sang anak memiliki prestasi di kelas dan selalu menang di berbagai lomba.
2. Kita membayangkan bagaimana orang lain menilai kita.
Dengan pandangan bahwa si anak adalah anak yang hebat, sang anak membayangkan pandangan orang lain terhadapnya. Ia merasa orang lain selalu memuji dia, selalu percaya padatindakannya. Perasaan ini bisa muncul dari perlakuan orang terhadap dirinya. MIsalnya, gurunyaselalu mengikutsertakan dirinya dalam berbagai lomba atau orang tuanya selalu memamerkannyakepada orang lain. Ingatlah bahwa pandangan ini belum tentu benar. Sang anak mungkin merasadirinya hebat padahal bila dibandingkan dengan orang lain, ia tidak ada apa-apanya. Perasaanhebat ini bisa jadi menurun kalau sang anak memperoleh informasi dari orang lain bahwa adaanak yang lebih hebat dari dia.
3. Bagaimana perasaan kita sebagai akibat dari penilaian tersebut.
Dengan adanya penilaian bahwa sang anak adalah anak yang hebat, timbul perasaan bangga dan penuh percaya diri.


- Peranan Sosial Mahasiswa Dan Pemuda Di Masyarakat
Mahasiswa adalah kelompok pelajar yang bisa dikatakan sebagai golongan terdidik, karena mampu untuk mengenyam pendidikan tinggi, di saat sebagian yang lain dalam usia yang sama masih bergelut dengan kemiskinan dan keterbatasan biaya dalam mengakses pendidikan, terutama pendidikan tinggi.
Predikat tersebut tentulah dapat disinonimkan bahwa mahasiswa merupakan kaum intelektual, yang mempunyai basis keilmuan yang kuat sesuai dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa, yang berarti kemampuan akademik mahasiswa dapat diandalkan sebagai salah satu asset negara ini. Tetapi, mahasiswa juga merupakan sebuah entitas social yang selalu berinteraksi dengan masyarakat dari segala jenis lapisan, sehingga dalam hal ini mahasiswa pun dituntut untuk memainkan peran aktif dalam kehidupan social kemasyarakatan.
Di tengah kondsi sosial yang saat ini masih sangat jelas terlihat ketimpangannya, peran mahasiswa sebagai kaum intelektual pun dituntut untuk dapat bergerak aktif dalam bidang sosial tersebut. Dengan melihat segala ketimpangan yang dapat berasal dari berbagai sisi, peran sosial mahasiswa pun dapat diwujudkan kedalam dua aspek, yaitu sebagai social control dan social development.
Sebagai aktor social control mahasiswa dapat berperan sebagai elemen pengawal segala jenis kebijakan pemerintah yang menyangkut hajat hidup orang banyak, mahasiswa juga dapat menjadi aktor penting dalam mendorong dan memaksa pemerintah dalam mewujudkan good governance dalam ssstem pemerintahan. Peran aktif mahasiswa sebagai pengawal dan pendorong good governance ini dilakukan dalam rangka menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dari segi sejarah, sebagai aktor social control mahasiswa telah dapat membuktikan perannya dengan dapat menumbangkan rezim Orde Baru yang bersifat otoriter dan tak jarang bersikap represif terhadap rakyatnya dan menggantinya denga Orde Reformasi, yang dimana mahasiswa sampai saat ini juga masih aktif dalam mengawal pemerintahan Dari perilaku meyimpang, seperti korupsi.
Sebagai aktor dalam social development, mahasiswa dapat berperan sebagai tenaga-tenaga terdidik yang dapat menyalurkan keterampilannya kepada masyarakat mengenai isu-isu kemasyarakatan, misalnya dengan memberikan pelatihan, penyuluhan, advokasi, program pendampingan masyarakat, kuliah kerja nyata (KKN), dll. Dengan adanya peran social development tersebut, setidaknya mahasiswa bertindak sebagai instrumen pemecahan masalah terhadap isu-isu kemasyarakatan. Peran social development ini juga sebagai upaya advokasi atau bantuan mahasiswa dalam membentuk suatu tatanan masyarakat yang mandiri demi terwujudnya masyarakat madani..
Kedua aspek peran sosial mahasiswa tersebut (social control dan social development) merupakan sebuah pengejawantahan Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat. Bentuk pengabdian sosial seperti itulah yang akan menempatkan mahasiswa sebagai “agen perubahan” yang sebenarnya.
Pemuda Dan Identitas

- Pola Dasar Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda
Pembinaan generasi muda pada umumnya bertalian erat baik dengan usaha-usaha pendidikan sekolah (pendidikan for-mil) maupun dengan kegiatan pendidikan luar sekolah (non- formil). Pengembangan kehidupan berorganisasi di kalangan generasi muda dilakukan dalam lingkungan sekolah dan kampus begitu pula di kalangan masyarakat luas (dalam kepramukaan ataupun organisasi kepemudaan lainnya).
Kebijaksanaan pengembangan generasi muda dilakukan secara terkoordinasi, terarah, integral dan komprehensif. Hal  ini berarti bahwa antara satu organisasi/lembaga dengan orga­nisasi/lembaga lainnya dibina hubungan saling mengisi dan sa­ling membantu dalam rangka meningkatkan integrasi pemuda dalam pelaksanaan program-program pembangunan serta parti­sipasinya dalam proses pembangunan pada umumnya.

Sebagaimana ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara pembinaan generasi muda sebagai tunas-tunas bangsa ditujukan agar mereka dapat menjadi pengganti generasi yang lebih baik, lebih bertanggung jawab dan lebih mampu mengisi  dan membina kemerdekaan bangsa. Selanjutnya digariskan pula bahwa wadah-wadah pembinaan pemuda dilakukan melalui lingkungan  keluarga, sekolah, organisasi-organisasi kepemuda­an, pramuka dan lain-lainnya.
Sehubungan dengan itu dalam tahun 1974/75 usaha pembi­naan generasi muda telah dilakukan antara lain melalui serang­kaian lokakarya dan seminar, untuk memantapkan pola pem­binaan dan pengembangan yang lebih terkoordinir, terintegrasi dan serasi. Hal ini diusahakan mengingat bahwa pembinaan ge­nerasi muda sebagai keseluruhan adalah merupakan usaha ker­jasama dan saling mengisi dari  berbagai  departemen dan lem­baga non departemen serta organisasi masyarakat termasuk organisasi-organisasi pemuda dan remaja sendiri. Keseluruhan usaha tersebut ditujukan terhadap pemuda dan remaja dari berbagai kelompok usia, dari pelbagai lingkungan sosial (baik pedesaan maupun perkotaan), yang masih sekolah ataupun yang kurang berkesempatan memanfaatkan pendidikan sekolah serta meliputi segi-segi kehidupan produktif, rekreatif, kesegaran jasmani dan pengembangan rohani.
Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk pembinaan   dan pengembangan generasi muda dalam tahun 1974/75, antara lain berbentuk bantuan kepada Pramuka yang diberikan tanpa mengurangi keleluasaan kepramukaan sebagai organisasi suka­rela yang tersedia bagi kaum remaja. Bantuan tersebut adalah

untuk penyelenggaraan pusat-pusat latihan tenaga pembinaan Pramuka dan untuk menggairahkan kegiatan gugus-gugus Pra­muka. Sebagai permulaan telah berhasil dibangun empat buah gedung Lembaga Cadika, yaitu di Subang, Blora, Sleman dan Jember, serta penyelenggaraan kursus pembina pelatih Taruna Bumi di tujuh lokasi (di Jakarta, Subang, Sleman, Ujung Pan­dang, Menado, Medan dan Padang), kursus-kursus pembina Pra­muka, lokakarya pendidikan di luar sekolah,  latihan manage­ment dan transmigrasi Pramuka di Jakarta.
Dalam pada itu melanjutkan usaha pemberian kesempatan pada pemuda dan remaja untuk memperoleh berbagai ketram­pilan produktif. Untuk ini dalam tahun 1974/75 telah diseleng­garakan latihan-latihan ketrampilan di daerah  pedesaan ter­utama untuk pemuda kelompok usia 15 — 24 tahun yang ber­hasrat menciptakan lapangan kerja sendiri dalam usaha per­bengkelan, las, pertukangan kayu, peternakan ayam dan lain sebagainya. Tidak kurang dari 1.000  peserta  telah memanfaat­kan kesempatan latihan ketrampilan tersebut.
Kegiatan khusus lainnya di daerah pedesaan adalah pem­bangunan tiga buah gedung  Pusat Latihan Kegiatan Kepemu­daan sebagai  proyek  percontohan, yaitu di Purwokerto, Luma­jang dan Ujung Pandang, serta penyelenggaraan kursus-kursus pembina pelatih Taruna Bumi di tujuh lokasi.
Selanjutnya diusahakan juga agar pemuda dapat lebih mu­dah menggunakan kesempatan-kesempatan latihan kerja yang tersedia dan agar kemudian berhasil mendapat pekerjaan yang mantap. Dalam rangka usaha ini telah dibangun empat pusat latihan kerja yang baru masing-masing di Medan, Samarinda, Ujung Pandang dan Jakarta. Sementara itu telah diambil lang­kah-langkah persiapan pembangunan 17 buah Pusat Latihan Kerja yang tersebar di berbagai kota kabupaten. Perluasan dan peningkatan serta penambahan perlengkapan pada delapan buah pusat latihan kerja yang ada telah  memungkinkan  latihan  un­tuk lebih dari 13.000 tenaga muda dalam berbagai kejuruan di bidang industri, pertanian dan management. Dengan demikian

maka generasi muda diberi kesempatan untuk memilih lapang­an kerja  sesuai  dengan  kemampuan dan aspirasinya serta seka­ligus sesuai dengan kebutuhan proses pembangunan.
Pemuda remaja diberi kesempatan pula memilih sendiri kegiatan olah raga, rekreasi  dan seni budaya sebagai peman­faatan sebagian dari waktu mereka. Dalam tahun 1974/75 telah dikembangkan kegiatan remaja dalam Karang Taruna di 115 kabupaten dan kotamadya yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu dengan melengkapinya dengan peralatan pertukangan, olah raga dan kesenian, serta telah ditatar lebih dari 250 petu­gas kesejahteraan remaja. Alat-alat olah raga dan kesenian telah pula diberikan pada 1.417 SMP dan 417 SMA, di samping alat-alat ketrampilan pada 1.000 SMP.
Dalam rangka meningkatkan fungsi pondok pesantren se­bagai lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan agama yang berperan dalam pembangunan, kepada 42 pondok pesan­tren telah diberikan sarana pendidikan ketrampilan berupa alat­alat pertanian, peternakan dan pertukangan yang didahului oleh pesantren dan latihan dari 350 tenaga pelopor pembaharuan pondok pesantren yang bersangkutan.
Adapun peranan pemuda remaja dalam pembangunan per­tama-tama dilakukan melalui bentuk-bentuk dan cara-cara ke­giatan yang dapat diterima oleh generasi muda sendiri. Selan­jutnya disediakan kesempatan seluas-luasnya untuk memper­siapkan diri bagi pengambilan peranan kepemimpinan dalam tahap pembangunan masa mendatang. Di samping itu diadakan wadah-wadah atau forum-forum di mana para generasi muda dapat mengadakan dialog yang produktif  di  antara mereka sen­diri serta di antara pemerintah dengan generasi muda. Dalam rangka ini maka dalam tahun 1974 telah terbentuk Komite Na­sional  Pemuda Indonesia (KNPI)  di  tingkat  Pusat  dan di  dae­rah-daerah.
Akhirnya, masalah kenakalan remaja  mendapatkan perha­tian dengan diselesaikannya Panti Pendidikan Anak Tuna So‑

sial di Jakarta. Sedangkan usaha rehabilitasi sosial terhadap  para remaja korban narkotika antara lain ditingkatkan dengan diselesaikannya tempat rehabilitasi sosial di Jakarta untuk me­lanjutkan keseluruhan proses penyembuhan setelah menjalani perawatan medis.
Usaha-usaha pembinaan generasi muda sebagaimana di­uraikan di atas, termasuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam tahun 1974/75, tidaklah terlepas dari perkaitannya dengan ber­bagai usaha di bidang-bidang lain yang ada hubungannya  de­ngan pemenuhan keperluan-keperluan pokok dari generasi  muda, yaitu di bidang pembangunan kesehatan, pangan dan gizi, pendidikan di sekolah dan di luar sekolah, kesejahteraan sosial, perluasan kesempatan kerja serta kehidupan keagamaan. Dasar pemikiran utama ialah bahwa dalam tahun 1974/75 sebagai tahun pertama pelaksanaan Repelita II secara lebih mendasar dilanjutkan,  ditingkatkan  dan  diperluas kegiatan pengembang­an generasi muda dengan memberikan kesempatan-kesempatan pendidikan dan latihan yang mempersiapkan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan, melibatkan diri dalam pro­yek-proyek pembangunan, pemanfaatan sebagian dari waktu mereka secara produktif dan rekreatif, serta kesempatan meng­hayati dan mengamalkan kehidupan beragama.



- 2 Pengertian Pokok Pembinaan Dan Pengembangan Generasi Muda
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda di tetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri pendidikan dan kebudayaan No : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksudnya agar semua pihak benar-benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud.

Susunan Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda :

1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945
3. Landasan strategis : Garis-garis Besar Haluan Negara
4. Landasan historis : Sumpah Pemuda Tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
5. Landasan normatif : Etika, tata nilai dan tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat.

Motivasi dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda bertumpu pada strategi pencapaian tujuan nasional, seperti telah terkandung dalam UUD 1945 alinea IV.

Pembinaaan dan Pengembangan Generasi Muda menyangkut dua pengertian pokok yaitu :

1. Generasi muda sebagai subyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang telah memiliki bekal-bekal dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam keterlibatannya secara fungsional bersama potensi lainnya, guna menyelesaikan masalah-masalah yang di hadapi bangsa dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Generasi muda sebagai obyek pembinaan dan pengembangan adalah mereka yang memerlukan pembinaan dan pengembangan ke arah pertumbuhan potensi dan kemampuan-kemampuan ke tingkat yang optimal dan belum dapat bersikap mandiri yang melibatkan secara fungsional.

- Masalah-Masalah Generasi Muda
Masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa ini adalah:

1.      Dirasakan menurunnya jiwa nasionalisme, idealisme dan patriotisme di kalangan generasi muda.
2.      Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya
3.      Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia.
4.      Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja.
5.      Kurangnya gizi yang dapat menghambat pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasan.
6.      Masih banyaknya perkawinan-perkawinan di bawah umur.
7.       Adanya generasi muda yang menderita fisik dan mental.
8.      Pergaulan bebas.
9.      Meningkatnya kenakalan remaja, penyalahagunaan narkotika.
10.  Belum adanya peraturan perundang-undangan yang mengangkut generasi muda.
- Potensi-Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut :

1.      Idealisme dan Daya Kritis
Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru.

2.      Dinamika dan Kreativitas
Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan,

3.      Keberanian Mengambil Resiko
Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan.

4.      Optimis dan Kegairahan Semangat
Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi.

5.      Sikap Kemandirian dan Disiplin
Murni Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya.

6.      Terdidik
Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah. Secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif.

7.      Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan
Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif.

8.      Patriotisme dan Nasionalisme
Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI.

9.      Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi
Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator.


- Tujuan Pokok Sosialisasi
1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam kelompo/masyarakatnya, sehinggatidak aneh dan diterima oleh warga masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota masyarakat
2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian sosialisasi sebagaisarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian social


Perguruan Dan Pendidikan

-Pengembangan Potensi Generasi Muda
·         Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
·         Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
·         Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
·         Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya.


- Pendidikan Dan Perguruan Tinggi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Menurut jenisnya, perguruan tinggi dibagi menjadi dua:
·         Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
·         Perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh pihak swasta.

- Alasan Untuk Berkesempatan Mengenyam Pendidikan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan institusi pendidikan tinggi sebagai penghasil kaum intelektual muda yang cerdas, kreatif dan kompetitif. Tidaklah mengherankan jika mahasiswa sebagai bagian integral dari unsur perguruan tinggi selalu dipandang sebagai cikal bakal pemimpin masa depan dan pionir dalam perubahan menuju kemajuan bangsa.
karena pendidikan tinggi merupakan suatu wadah kelembagaan tertinggi yang harus digeluti seseorang dalam dunia pendidikan sebagai manifestasi dari sebuah harapan untuk menjadi seorang yang handal dan siap pakai, karena dibekali dengan kemampuan intelektualitas, mentalitas dan spritual yang lebih baik, dibandingkan dengan pendidikan dasar dan menengah.
Bahkan tuntutan akan kebutuhan tenaga kerja dewasa ini, baik pada badan pemerintah maupun swasta sudah menggunakan standar sarjana untuk menduduki jabatan-jabatan strategis.
mahasiswa sebagai lulusan yang dibekali dengan ilmu pengetahuan dan attitude yang baik dan ideal sehingga diaharapkan mampu terjun dan survive ke dunia kerja, baik sebagai karyawan maupun sebagai seorang enterpreneurship yang handal dan kompetitif. Sehingga kehadirannya dalam dunia kerja nantinya bukan menjadi beban negara namun menjadi solusi terbaik dalam mengurangi tingkat pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.




Referensi :
http://batasakhirketikan.wordpress.com/2011/10/14/2-definisi-pemuda/
http://www.artikata.com/arti-351805-sosialisasi.html
http://www.scribd.com/doc/81343724/Definisi-Sosialisasi
http://sosbud.kompasiana.com/2010/11/09/mengefektifkan-peran-sosial-mahasiswa/
www.bappenas.go.id
http://kampunglinux.blogspot.com/2011/01/pemuda-pemuda-adalah-suatu-generasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/
http://www.unidar.ac.id/2012/02/10/perguruan-tinggi-sebagai-agent-of-change.html

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar